Gempa Megathrust
Kedua lempeng saling bersentuhan dan bergerak maju satu sama lain, menyebabkan penumpukan regangan melebihi gesekan antara dua lempeng sehingga menyebabkan gempa megathrust yang besar. Zona subduksi gempa megathrust berada di sekitar Samudra Pasifik yang memiliki area berbentuk tapal kuda. Di sebagian besar zona ini lempeng benua menimpa lempeng samudra karena lempeng samudra lebih berat dan dingin.
Pelepasan energi yang sangat dahsyat selama gempa bumi megathrust dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi wilayah di sekitarnya dan menyebabkan potensi kerusakan yang sangat besar dari peristiwa seismik ini. Megathrust berpotensi menghasilkan tsunami yang dahsyat akibat pergerakan vertikal dasar laut yang besar yang terjadi ketika gempa bumi berlangsung.
Kurang lebih materi tentang Gempa dan Tsunami ini yang dibahas dalam rapat Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kecamatan Kebasen, Jum’at (6/9) yang lalu. Hadir dalam rapat tersebut adalah Forkompimcam dan perwakilan masyarakat yang tergabung dalam FKDM Kecamatan Kebasen.
Zona megathrust adalah istilah untuk menyebut jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tapi relatif dangkal. Gempa megathrust digambarkan dengan menumpuknya lempeng bumi, yaitu lempeng di bawah mendorong lempeng di atasnya. Ada tiga zona megathrust di Indonesia yang termasuk dalam zona subduksi aktif yaitu subduksi Sunda mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba. Lalu ada subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.
Ada pula tiga segmentasi megathrust di Samudra Hindia selatan Jawa. Segmentasi megathrust tersebut, yaitu segmen Jawa Timur, segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan segmen Banten-Selat Sunda. Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitudo tertarget M 8.7, yang artinya zona megathrust menyimpan potensi gempa besar.
Dalam paparannya Camat Kebasen Wahyu Adhi Fibriyanto, S.STP, M.A.P menyampaikan, “Kita tidak sedang menakut-nakuti masyarakat, tapi mensosialisasikan tentang pentingnya kewaspadaan dini bagi masyarakat terhadap adanya bencana.”
Apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam rangka kewaspadaan dini terhadap bencana ini?
Pada saat sebelum terjadi gempa, maka kenali lingkungan sekitar rumah, sekolah atau kantor apakah berada di daerah rawan gempabumi, pastikan struktur rumah kokoh (tahan gempa) dan atur letak perabotan di tempat yang minim resiko jatuh akibat goncangan, pahami jalur evakuasi mandiri di sekitar kita dan belajar menggunakan P3K, alat pemadam kebakaran serta catat nomor penting yang dapat dihubungi ketika terjadi gempa.
Lalu apabila benar terjadi gempa, maka tetaplah tenang, berlindung di tempat yang paling aman (biasanya di sudut ruangan), lindungi badan dan kepala dari runtuhan bangunan (sembunyi di kolong meja, melindungi kepala dengan buku, bantal, helm dll), lari keluar lapangan terbuka jika memungkinkan, hindari bangunan di sekitar yang rentan roboh, tiang listrik, pemancar, dan auhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
Ada beberapa hal penting yang perlu kita catat:
- Berdasarkan kondisi tektonik, sejarah gempa dan tsunami, dan aktivitas gempa terkini, menunjukkan bahwa wilayah Jawa Tengah merupakan kawasan rawan gempa.
- Mengingat aktivitas gempa memiliki periode ulang, maka gempa kuat yang pernah terjadi pada masa lalu dapat terjadi lagi di masa yang akan datang.
- Informasi potensi gempa megathrust bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat, padahal tidak demikian, masyarakat dihimbau untuk tetap beraktivitas seperti biasa.
- Informasi potensi gempa dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa, apabila terjadi gempa kuat dan membangkitkan tsunami dengan skenario terburuk.
- Potensi Gempa dan Tsunami akan selalu ada dan kapan terjadinya tidak dapat diprediksi, sehingga upaya mitigasi tetap harus terus disiapkan.
- Skenario model dampak gempa (scenario terburuk) berdasarkan sumber gempa megatrust, jika terjadi gempa dengan magnitudo tertargetnya yaitu M8.7 maka akan terdampak guncangan dalam skala intensitas VII – VIII MMI yang artinya dapat terjadi Kerusakan Sedang Hingga Berat. Dan dapat membangkitkan gelombang tsunami dengan ketinggian rendaman bisa mencapai 22 m (terus diupdate).
- Mitigasi struktural dengan membangun bangunan tahan gempa dan mitigasi non struktural dengan melakukan edukasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat harus terus ditingkatkan. (Sumber: Pemkab Banyumas)